Pages

Labels

Sabtu, 19 November 2011

Ciao, Sic


Prosesi pemakaman Marco Simoncelli di Gereja Santa Maria Assunta di Coriano, Italia diwarnai oleh duka, senyum, peluk, haru, tangis, semua berpadu dengan mentari di sore hari. Kedua orang tua Marco Simoncelli tersenyum menyambut para pelayat yang telah memadati area di sekitar gereja sejak pagi hari. Tak terhitung siapa saja yang turut menjadi saksi perpisahan SuperSic hari itu. Fans, Penduduk sekitar, kerabat, teman seperjuangan sesama pembalap hingga selebritis turut hadir mengantar kepergian Simoncelli. Event yang berlangsung di sebuah kota kecil telah dengan cepat menjadi ‘go international’. Sesuai yang direncanakan, ritual pemakaman Simoncelli berlangsung di gereja yang diperkirakan hanya bisa menampung 500 pelayat tersebut.



 Karenanya, bagi masyarakat yang ingin mengikuti jalannya pemakaman ditempatkan di halaman depan gereja dan disediakan layar untuk menonton secara langsung prosesi pemakaman dari luar.
Saat peti mati Simoncelli dimasukkan ke dalam gereja, balon yang bertuliskan ‘Sic’ dan nomor 58 dilepas bebas ke udara. Di dalam gereja, peti mati berwarna abu-abu tersebut diapit oleh dua motor yang pernah ditunggangi oleh almarhum. Helm terakhir yang dipakai almarhum juga ditempatkan di atasnya disandingkan dengan rangkaian bunga.
Terlihat jelas wajah muram menghiasi wajah Loris Capirossi dan Valentino Rossi. Rossella, sang ibu berusaha agar tampak tegar dan senyuman hampir selalu menghiasi sepanjang prosesi pemakaman, kontras dengan Paolo dan Martina, sang ayah dan adik perempuannya yang murung dan sesekali tersenyum kecil saat mendapat sapaan dari relasinya. Duka yang mendalam juga dirasakan sebagian besar pelayat yang merasa sangat kehilangan mendiang Marco Simoncelli.
Jorge Lorenzo juga terlihat berduka, ia mengisi buku memori yang bertuliskan, “Aku akan selalu mengingatmu. Maafkan aku atas perdebatan yang pernah terjadi denganmu”. Sementara Valentino Rossi menulis, “Aku merindukanmu”, dan Andrea Dovizioso menuangkan, “Kamu sangat kuat, kamu selalu memaksaku untuk membalap lebih cepat.”
Saat prosesi di dalam gereja usai, peti mati digotong keluar untuk ditempatkan persis di depan halaman gereja yang beralaskan karpet berwarna merah. Valentino Rossi dan Mattia Pasini bertugas untuk mengeluarkan kembali kedua motor Almarhum dan ditemani oleh pembalap MotoGP lainnya. Sementara rekan-rekan terdekat beserta kedua orang tua dan adik almarhum mengelilingi peti mati tersebut.
Pada saat itu, terdapat moment dimana Rossella berusaha menghibur Vale dan memeluk Rossi dari belakang yang disambut dengan tepuk tangan dari masyarakat dan rekan-rekan mereka yang saat itu menyaksikan peristiwa tersebut. Kemudian Paolo memeluk Martina dan mereka berdua duduk di depan peti mati SuperSic.
Lagu “Siamo Solo Noi” yang merupakan lagu favorit almarhum turut mengiringi prosesi pemakaman.
Lantas pandangan mata tertuju pada kekasih Marco, Kate Fretti yang memakai microphone dan mengucapkan salam perpisahan terakhirnya, “Marco adalah sosok yang sempurna dan seorang yang sempurna tidak hidup dengan kita yang juga akan berpulang”.
Di kesempatan berikutnya, giliran dokter keluarga Simoncelli, dr.Costa turut mengucapkan simpatinya, “Mari kita merayakan kemenangan atas kepergian Marco”.
Tepuk tangan yang meriah tak luput menyambut selepas Kate dan dr.Costa berbicara. Akhirnya sekitar dua jam setelah prosesi pemakaman di Gereja Santa Maria usai, sekitar jam 17.00 (22.00 WIB) peti mati Marco Simoncelli dimasukkan ke dalam mobil  Mercedez menuju peristirahatan terakhirnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Barclays Premier League Table

Translate Here